Sabtu, 22 Desember 2012

KEDUDUKAN SALAT TASBIH (Bagian ke-1) oleh Ustad amin saefullah muchtar


Perlu diketahui bahwa hadis-hadis tentang salat tasbih tidak akan didapatkan pada kitab Shahih Al-Bukhari dan Muslim yang telah kita maklumi akan kesahihannya. Oleh sebab itu merupakan suatu hal yang wajar apabila dalam mensikapi masalah ini ulama terbagi ke dalam dua kelompok; yang menyatakan maqbul (sahih atau hasan) dan yang menyatakan mardud (dha’if sampai maudhu’). Ulama yang menyatakan hasan antara lain Zaenuddin Ibnu Abdil Aziz dalam kitabnya Fathul Mu’in. Bahkan beliau mengutip pernyataan sebagian ahli tahqiq bahwa tidak akan mencela keutamaannya yang agung dan meninggalkannya selain orang-orang yang menyepelekan  agama (Fathul Mu’in, I:249). Ulama yang menyatakan sahih antara lain Abu Bakar Al-Ajiri, Abdur Rahim Al-Mishri, dan Abul Hasan Al-Maqdisi (Tuhfatul Ahwadzi, II:598). Ibnul Mubarak berpendapat bahwa salat tasbih itu sunat, serta dianjurkan untuk membiasakannya pada setiap waktu dan tidak boleh dilalaikan (Fiqhus Sunnah, I:213).  Sedangkan ulama yang menyatakan da’if  antara lain Imam At-Tirmidzi dan Abu Bakar Al-Uqaili yang berpendapat bahwa hadis tersebut tidak benar datangnya dari Nabi saw. Bahkan oleh Ibnul Jauzi (Al-Maudhu’at II:143-146) hadis-hadis tentang salat tasbih itu dikategorikan sebagai hadis maudhu’ (palsu), meskipun pendapat beliau ini banyak yang membantah.
          Perbedaan pendapat di atas  menunjukkan bahwa
1)     Para ulama itu tidak mendapatkan secara merata hadis-hadis tentang salat tasbih.
2)     Hadis-hadis tersebut diukur dengan kriteria masing-masing. Itu sebabnya dalil yang dijadikan sandaran untuk ketetapan adanya salat tasbih tidak sama, baik sanad maupun matan.
3) Di antara hadis tentang salat tasbih ini ada yang hanya hasil rekayasa untuk merangsang umat Islam agar  gemar membaca tasbih.
          Dengan demikian perlu kita bahas secara lebih seksama, dengan harapan akan melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang kuat dan menentramkan.
Takhrij Hadis Salat Tasbih
Hadis tentang salat Tasbih berdasarkan kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras li Alfazh Al-Hadits Al-Nabawi, karya Dr. A.J. Wensinck (1943, II:392), terdapat di dalam kitab Sunan Abu Daud, Sunan At-Tirmidzi,  dan Sunan Ibnu Majah. Namun berdasarkan penelitian kami, hadis-hadis tentang salat tasbih itu dimuat kurang lebih dalam 13 kitab hadis dengan sanad dan matan yang bermacam-macam, yang disampaikan oleh 5 orang sahabat:
  1. 1.   Ibnu Abas
Diriwayatkan oleh Al-Hakim, Al-Mustadrak I:318; Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah II:223-224; Al-Baihaqi, As-Sunanus Shagir I:238 dan As-Sunanul Kubra III:51; Abu Daud, Sunan Abu Daud II:292; Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II:158; At-Thabrani, Al-Mu’jamul Kabir XI:161 & 243, Al-Mu’jamul Ausath III:168-169, pada umumnya menggunakan redaksi sebagai berikut
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ لِلْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَلِّبِ: يَا عَبَّاسُ يَا عَمَّاهْ أَلاَ أُعْطِيْكَ أَلاَ أَمْنَحُكَ أَلاَ أَحْبُوْكَ أَلاَ أَفْعَلُ بِكَ عَشْرَ حِصَالٍ إِذَا أَنْتَ فَعَلْتَ ذلِكَ غَفَرَ اللهُ لَكَ ذَنْبَكَ أَوَّلَهُ وَ أخِرَهْ قَدِيْمَهُ وَحَدِيْثَهُ خَطَأَهُ وَعَمْدَهُ صَغِيْرَهُ وَ كَبِيْرَهُ سِرَّهُ وَعَلاَنِيَّتَهُ, عَشْرُ حِصَالٍ: أَنْ تُصَلِّيَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ تَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَسُوْرَةً فَإِذَا فَرَغْتَ مِنَ الْقِرَاءَةِ فِيْ أَوَّلِ رَكْعَةٍ وَأَنْتَ قَائِمٌ قُلْتَ: سُبْحَانَ اللهِ وَ الْحَمْدُ للهِ وَلاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ خَمْسَ عَشْرَةَ مَرَّةً ثُمَّ تَرْكَعُ فَتَقُوْلُهَا وَ أَنْتَ رَاكِعٌ عَشْرًا ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِن الرُّكُوْعِ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا ثُمَّ تَهْوِيْ سَاجِدًا فَتَقُوْلُهَا وَ أَنْتَ سَاجِدٌ عَشْرًا ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ السُّجُوْدِ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا ثُمَّ تَسْجُدُ  فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا  ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا فَذلِكَ خَمْسٌ وَ سَبْعُوْنَ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ تَفْعَلُ ذلِكَ فِيْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ إِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تُصَلِّيَهَا فِيْ كُلِّ يَوْمٍ مَرَّةً فَافْعَلْ فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِيْ كُلِّ جُمُعَةٍ مَرَّةً  فَإِنْ لمَْ تَفْعَلْ فَفِيْ كُلِّ شَهْرٍ مَرَّةً فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِيْ كُلَّ سَنَةٍ مَرَّةً فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِيْ عُمْرِكَ مَرَّةً
“Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda kepada Al-Abbas ibn Abdul Muthallib, ‘Wahai Abbas, wahai pamanku, maukah engkau saya beri? Maukah engkau saya anugerahi? Maukah engkau saya hadiahi? Maukah engkau saya  peraktikkan sepuluh perkara, yang jika engkau melakukannya, niscaya Allah akan mengampuni dosamu baik yang pertama dan terakhir, yang lama dan baru, sengaja dan tidak, kecil dan besar, maupun tersembunyi dan terang-terangan. Sepuluh perkara itu ialah engkau salat sebanyak empat rakaat, pada setiap rakaat engkau  baca Al-Fatihah dan surah, bila engkau selesai membaca pada awal rakaat, dalam keadaan berdiri engkau ucapkan ‘subhanallah, Al-hamdulillah, lailaaha illallah, dan allahu akbar 15 kali. Kemudian engkau ruku’, maka dalam keadaan ruku engkau ucapkan kalimat-kalimat itu 10 kali. Kemudian engkau bangkit dari ruku’, maka ucapkanlah kalimat-kalimat itu 10 kali. Kemudian engkau turun sujud, maka dalam keadaan sujud engkau ucapkan kalimat-kalimat itu 10 kali. Kemudian engkau bangkit dari sujud maka ucapkan kalimat-kalimat itu 10 kali. Kemudian engkau sujud lagi, maka ucapkanlah kalimat-kalimat itu 10 kali. Kemudian engkau bangkit dari sujud, maka ucapkanlah kalimat-kalimat itu 10 kali. Maka kalimat-kalimat itu  sebanyak 75 kali pada setiap rakaat, yang demikian itu engkau lakukan dalam empat rakaat. Jika engkau sanggup melaksanakannya setiap hari satu kali, maka lakukanlah. Jika tidak sanggup, maka setiap minggu satu kali. Jika tidak sanggup, maka setiap bulan satu kali. Jika tidak sanggup, maka setiap tahun satu kali. Jika tidak sanggup, maka seumur hidupmu satu kali.”
  1. 2.   Abu Rafi’
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi II:350; Al-Baihaqi, As-Sunanus Shagir I:238; Syu’abul Iman I:427; Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah II:157-158; Ath-Thabrani, Al-Mu’jamul kabir I:311, pada umumnya menggunakan redaksi sebagai berikut
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ لِلْعَبَّاسِ: يَاعَمُّ أَلاَ أَحْبُوْكَ ؟ أَلاَ أَنْفَعُكَ ؟ أَلاَ أَصِلُكَ ؟ قَالَ: بَلَى يَارَسُوْلَ اللهِ, قَالَ: فَصَلِّ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ تَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُوْرَةٍ فَإِذَا انْقَضَتِ الْقِرَاءَةُ فَقُلْ : سُبْحَانَ اللهِ وَ الْحَمْدُ ِللهِ وَلاَ إِلهَ إِلاَّ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ خَمْسَ عَشْرَةَ مَرَّةً قَبْلَ أَنْ تَرْكَعَ ثُمَّ ارْكَعْ فَقُلْهَا عَشْرًا ثُمَّ ارْفَعْ رَأْسَكَ فَقُلْهَا عَشْرًا ثُمَّ اسْجُدْ فَقُلْهَا عَشْرًا ثُمَّ ارْفَعْ  رَأْسَكَ  فَقُلْهَا عَشْرًا ثُمَّ اسْجُدْ  فَقُلْهَا عَشْرًا  ثُمَّ ارْفَع رَأْسَكَ فَقُلْهَا عَشْرًا قَبْلَ أَنْ تَقُوْمَ  فَتِلْكَ خَمْسٌ وَ سَبْعُوْنَ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ  وَهِيَ ثَلاَثُ مِائَةٍ  فِيْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فَلَوْ كَانَتْ ذُنُوْبُكَ مِثْلَ رَمْلٍ عَالِجٍ غَفَرَهَا لَكَ قَالَ: يَارَسُوْلَ اللهِ وَمَنْ لَمْ  يَسْتَطِعْ يَقُوْلُهَا  فِيْ  يَوْمٍ ؟ قَالَ: قُلْهَا فِيْ جُمُعَةٍ  فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقُلْهَا فِيْ  شَهْرٍ حَتَّى قَالَ فَقُلْهَا فِيْ  سَنَةٍ.
 ‘Rasulullah saw. bersabda kepada Abbas, ‘Wahai pamanku, maukah aku menghadiahimu? Maukah aku memberi manfaat padamu ? Maukah aku memberimu ?’ Ia menjawab, ‘Ya wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ’Salatlah kamu empat rakaat kamu membaca pada setiap rakaat Al-Fatihah dan surah, bila engkau selesai membaca, ucapkanlah ‘subhanallah, Al-hamdulillah, lailaaha illallah, dan allahu akbar 15 kali sebelum kamu ruku’,  Kemudian engkau ruku’, maka engkau ucapkan kalimat-kalimat itu 10 kali. Kemudian engkau bangkit dari ruku’, maka ucapkanlah kalimat-kalimat itu 10 kali. Kemudian engkau turun sujud, maka dalam keadaan sujud engkau ucapkan kalimat-kalimat itu 10 kali. Kemudian engkau bangkit dari sujud maka ucapkan kalimat-kalimat itu 10 kali. Kemudian engkau sujud lagi, maka ucapkanlah kalimat-kalimat itu 10 kali. Kemudian engkau bangkit dari sujud, maka ucapkanlah kalimat-kalimat itu 10 kali sebelum engkau berdiri. Maka kalimat-kalimat itu  sebanyak 75 kali pada setiap rakaat, dan jumlahnya 300 dalam empat rakaat. maka kalaulah dosa-dosamu seperti pasir yang bertumpuk pasti Allah mengampunimu’. Ia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah siapa yang tidak mampu mengucapkannya setiap hari?’ Beliau menjawab, ‘Ucapkanlah setiap Jum’at, Jika engkau tidak  sanggup melaksanakannya setiap Jum’at., maka ucapkanlah setiap bulan satu kali. sehingga beliau bersabda, maka ucapkanlah setiap tahun satu kali.”
  1. 3.   Abdullah bin Amr bin Al-Ash
          Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, As-Sunanus Shagir I:339; Abu Daud, Sunan Abu Daud I:292, dengan redaksi sebagai berikut
عَنْ أَبِيْ الْجَوْزَاءِ قَالَ: حَدَّثَنِيْ رَجُلٌ كَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ يَرَوْنَ أَنَّهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص: إِئْتِنِيْ غَدًا أَحْبُوْكَ وَأُثِيْبُكَ وَأُعْطِيْكَ, حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ يُعْطِيْنِيْ عَطِيَّةً, قَالَ: إِذَا زَالَ النَّهَارُ فَقُمْ فَصَلِّ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ. فَذَكَرَ نَحْوَهُ, قَالَ: تَرْفَعُ رَأْسَكَ - يَعْنِيْ مِنَ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ - فَاسْتَوِ جَالِسًا وَلاَ تَقُمْ حَتَّى تُسَبِّحَ عَشْرًا وَتُحَمِّدَ عَشْرًا وَتُكَبِّرُعَشْرًا وَتُهَلِّلُ عَشْرًا ثُمَّ تَصْنَعُ ذَلِكَ فِيْ الأَرْبَعِ رَكَعَاتٍ. قَالَ: فَإِنَّكَ لَوْكُنْتَ أَعْظَمَ أَهْلِ الأَرْضِ ذَنْبًا غَفَرَ لَكَ بِذَلِكَ. قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ أُصَلِّيَهَا تِلْكَ السَّاعَةَ ؟ قَالَ: صَلِّهَا مِنَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ
“Dari Abu Al-Jauza, ia berkata, “Telah menceritakan kepada kami seorang laki-laki yang memiliki persahabatan (dengan Rasul)  yang mereka anggap dia itu Abdullah ibn Amr, ia berkata, ‘Nabi saw. bersabda, ‘Datanglah kamu kepadaku besok, aku akan menghadiahimu, aku akan menganugerahimu, dan aku akan memberimu, sehingga aku menyangka beliau akan memberi kan suatu pemberian kepadaku. Beliau bersabda, ‘Bila telah tergelincir siang, maka berdirilah kamu dan salatlah empat rakaat, lalu beliau menyebutkan seperti di atas, beliau bersabda, ‘angkat kepalamu – yaitu dari sujud kedua- maka tegaklah dalam keadaan duduk dan jangalah berdiri sampai engkau bertasbih 10 kali, bertahmid 10 kali, bertakbir 10 kali, dan bertahlil 10 kali, kemudian kamu lakukan hal itu pada empat rakaat. Beliau bersabda, ‘Jika kamu adalah penduduk bumi yang paling besar dosanya, pasti Allah mengampunimu dengan itu’. Aku bertanya, ‘Jika aku tidak sanggup melakukannya pada saat itu? Beliau menjawab, “Salatlah pada waktu malam dan siang hari”
  1. 4.   Anas bin Malik
          Diriwayatkan oleh Ahmad, Musnad Ahmad III:120; Ibnu Hiban, Al-Ihsan bi Tartibi Shahihibni Hiban III:229; An-Nasai, Sunan An-Nasai III:59; At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi II:347; Al-Hakim, Al-Mustadrak I:317; Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah II:31, pada umumnya menggunakan redaksi sebagai berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ: أَنَّ أُمِّ سُلَيْمٍ غَدَتْ عَلَى النَّبِيِّ - فَقَالَتْ: عَلِّمْنِيْ  كَلِمَاتٍ أَقُوْلُهُنَّ فِيْ صَلاَتِيْ, فَقَالَ: كَبِّرِيْ اللهَ عَشْرًا وَسَبِّحِيْ اللهَ عَشْرًا وَاحْمَدِيْهِ عَشْرًا ثُمَّ سَلِيْ مَا شِئْتِ, يَقُوْلُ: نَعَمْ نَعَمْ
“Dari Anas ibn Malik: ‘ Sesungguhnya Ummu Sulaim datang kepada Nabi saw., maka dia berkata:’Ajarkanlah kepadaku beberapa kalimat yang akan aku ucapkan dalam salatku, maka Nabi menjawab, ‘Bertakbirlah sepuluh kali, bertasbihlah sepuluh kali, bertahmidlah sepuluh kali, kemudian mintalah apa yang kamu kehendaki, Dia (Allah) akan mengiyakan dengan na’am, na’am.” 
          Penggunaan hadis di atas sebagai dalil disyariatkannya salat tasbih tidak disepakati oleh para ulama. Imam An-Nasai membuat judul bagi hadis di atas dengan “Babud Dzikri ba’dat Tasyahhud”. Sunan An-Nasai, III:59. Ibnu Hiban menempatkan hadis tersebut pada bab “Dzikrul amri bit tasbih, wat tahmid, wat takbir lilmar-i bi’adadin ma’lumin fi ‘aqibi shalatihi”. Kemudian pada bab berikutnya Ibnu Hiban menjelaskan bahwa tasbih, tahmid, dan takbir itu diperintah untuk diamalkan setelah salat, bukan di dalam salat. (Lihat, Al-Ihsan bi Tartibi Shahihibni Hiban III:229-230). Ibnu Khuzaimah (Shahih Ibnu Khuzaimah, II:31) menempatkan hadis tersebut pada bab
بَابُ إِبَاحَةِ التَّسْبِيْحِ وَالتَّحْمِيْدِ وَالتَّكْبِيْرِ فِي الصَّلاَةِ عِنْدَ إِرَادَةِ الْمَرْءِ مَسْأَلَةً حَاجَةً يَسْأَلُهَا رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَمَا يُرْجَى فِي ذلِكَ مِنَ الإِسْتِجَابَةِ
Imam Al-Hakim menempatkan hadis tersebut pada bab salat tathawwu’ (Al-Mustadrak I:317;) Sedangkan oleh Imam At-Tirmidzi   (Sunan At-Tirmidzi II:349) dan Ukasyah Abdul Mannan (Fiqhul Imamil Bukhari, 1999:518) hadis tersebut dijadikan dalil salat tasbih.
  1. 5.   Al-Anshari tanpa disebutkan namanya
          Hadisnya hanya diriwayatkan oleh Abu Daud, Sunan Abu Daud I:293.
حَدَّثَنَا أَبُوْ تَوْبَةَ الرَّبِيْعُ بْنُ نَافِعٍ ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُهَاجِرٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ رُوَيْمٍ حَدَّثَنِيْ الأَنْصَارِيُّ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ لِجَعْفَرَ بِهَذَا الْحَدِيْثِ,
“Abu Taubah Al-Rabi’ ibn Nafi’ telah menceritakan kami, Muhammad ibn Muhajir telah menceritakan kepada kami, dari ‘Urwah bin Ruwaim, Al-Anshari telah menceritakan kepada saya, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda kepada Ja’far dengan hadis ini’ (sama seperti hadis Abdullah bin Amr).
          Menurut Al-Mizzi ada yang mengatakan bahwa Al-Anshari di sini adalah Jabir bin Abdullah, dengan pertimbangan bahwa Ibnu Asakir meriwayatkan pada tarjamah Urwah bin Ruwaim beberapa hadis dari Jabir Al-Anshari, maka bisa jadi Al-Anshari pada hadis ini pun adalah Jabir. Akan tetapi hadis-hadis itu diriwayatkan melalui jalan lain selain Muhammad bin Muhajir dari Urwah bin Ruwaim, yaitu dua riwayat Ath-Thabrani melalui Abu Taubah (di atas) pada kedua riwayat itu Urwah berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Kabsyah Al-Anmari, barangkali huruf mim (Al-Anmari) terasa sedikit berat sehingga menyerupai shad, jika demikian maka sahabat pada hadis ini adalah Abu Kabsyah. (lihat, Aunul Ma’bud, IV:128)
          Demikian takhrij hadis tentang salat tasbih yang dapat kami lakukan. Adapun penilaian para ulama terhadap kedudukan hadis-hadis tersebut, insya Allah akan kami kemukakan pada edisi berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar