Sabtu, 22 Desember 2012

MENGANGKAT TANGAN KETIKA BERDOA [bag 3] oleh Amin Saefullah Muchtar


Lampiran: Penjelasan Kedaifan Hadis-hadis
a. Ketika Mendoakan Perseorangan
  1. Saad Bin Ubadah
  2. Ahlul Bait
  3. Usman bin Afan
  4. Ali bin Abu Thalib.
  5. Usamah bin Zaid.
    1. Ketika Ber-Isti’adzah dari Fitnah Dajal.
    2. Al Walid bin Uqbah.
Hadis-hadisnya daif dengan alasan sebagai berikut:
  1. 1.   Mendoakan Saad bin Ubadah
عَنْ قَيْسِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ زَارَنَا رَسُولُ اللهِ  r فِي مَنْزِلِنَا فَقَالَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ فَرَدَّ سَعْدٌ رَدًّا خَفِيًّا قَالَ قَيْسٌ فَقُلْتُ أَلاَ تَأْذَنُ لِرَسُولِ اللهِ  r  فَقَالَ ذَرْهُ يُكْثِرُ عَلَيْنَا مِنَ السَّلاَمِ… قَالَ فَانْصَرَفَ مَعَهُ رَسُولُ اللهِ  r فَأَمَرَ لَهُ سَعْدٌ بِغُسْلٍ فَاغْتَسَلَ ثُمَّ نَاوَلَهُ مِلْحَفَةً مَصْبُوغَةً بِزَعْفَرَانٍ أَوْ وَرْسٍ فَاشْتَمَلَ بِهَا ثُمَّ رَفَعَ رَسُولُ اللهِ  r يَدَيْهِ وَهُوَ يَقُولُ اللَّهُمَّ اجْعَلْ صَلَوَاتِكَ وَرَحْمَتَكَ عَلَى آلِ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ …رواه ابو داود و النسائى و احمد و الطبراني و البيهقي
Dari Qais bin Saad, mengatakan, ’Rasulullah Saw. mengunjungi tempat tinggal kami, beliau mengucapkan, ’As Salamu ‘alaikum warahmatullah, lalu Saad menjawabnya dengan jawaban yang rendah. Qais mengatakan, ’Tidakkah engkau mengijinkan Rasulullah Saw.? ia menjawab,’Biarkanlah agar beliau banyak mengucapkan salam kepada kami. Ia (Qais) mengatakan,’Kemudian kami pergi bersamanya dan beliau memerintah Saad untuk mandi. Lalu ia mandi kemudian beliau memberikan mantel kepadanya  yang dicelup dengan za’faran atau wars dan ia memakainya. Kemudian Rasulullah Saw. mengangkat kedua tangannya dan berdoa ‘Ya Allah tetapkanlah salawat dan rahmatMu kepada keluarga Saad bin Ubadah”. H.r. Abu Daud, Sunan Abu Daud, IV : 347, An Nasai, as Sunanul Kubra, VI : 89; ‘Amalul Yaumi wal Lailah, I : 284, Ahmad, Musnad al Imam Ahmad,  XXIV : 222, At Thabrani, al Mu’jamul Kabir, XVIII : 353, Al Baihaqi, Syu’abul Iman, VI : 439.

Sanad hadis di atas dhaif karena terjadi inqitha (keterputusan mata rantai sanad). Muhamad bin Abdurahman bin As’ad bin Zurarah yang menjadi periwayat hadis di atas tidak tsubut (tidak pasti) mendengar atau menerima hadis dari Qais bin Ubadah.[1]

Dengan demikian doa Nabi Saw. kepada Saad bin Ubadah tidak diperhitungkan adanya.
2. Mendoakan Ahlul Bait
عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ قَالَ أَتَيْتُ أُمَّ سَلَمَةَ أُعَرِّفُهَا عَلَى الْحُسَيْنِ فَقَالَتْ لِي فِيْمَا حَدَّثَتْنِي إِنَّ رَسُولَ اللهِ  r كَانَ فِي بَيْتِي يَوْمًا وَإِنَّ فَاطِمَةَ جَائَتْهُ  بِسَخِيَّةٍ فَقَالَ اِنْطَلِقِيْ فَجِيئِي بِزَوْجِكِ أَوِ بْنِ عَمِّكِ وَابْنَيْكِ فَانْطَلَقَتْ فَجَائَتْ بِعَلِيٍّ وَحَسَنٍ وَحُسَيْنٍ فَأَكَلُوا مِنْ ذلِكَ الطَّعَامِ وَرَسُولُ اللهِ r عَلَى مَنَامَةٍ لَنَا وَتَحْتَهُ كَسَاءٌ خَيْبَرِيٌّ فَأَخَذَ الْكَسَاءَ فَجَلَّلَهُمْ إِيَّاهُ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ثُمَّ قَالَ اَللّهُمَّ هَؤُلاَءِ عُتْرَتِي وَأَهْلِي  فَأذْهَبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيْرًا فَقَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ يَا رَسُولَ اللهِ وَأَنَا مِنْ أَهْلِ بَيْتِكَ فَقَالَ وَأَنْتِ إِلَيَّ خَيْرٌ. رواه الطبراني
Dari Syahr bin Hausyab, ia mengatakan,’Saya menjumpai Ummu Salamah, saya minta keterangan kepadanya tentang Husain, ia berkata kepadaku, sesungguhnya Rasulullah Saw. berada di rumahku pada suatu hari dan Fatimah datang membawa mekanan, maka beliau bersabda,’Pergilah dan panggillah suamimu atau sepupumu dan kedua anakmu. Maka ia pergi kemudian datang bersama Ali serta Hasan dan Husain. Lalu mereka menikmati makanan tersebut dan Rasulullah Saw. berada di tempat tidur kami yang di bawahnya terdapat kain khaibar, maka beliau mengambilnya lalu mereka memakaikanya kepada beliau, kemudian beliau mengangkat kedua tanganya ke langit seraya berdoa: “Ya Allah, mereka adalah keturunan dan keluargaku, maka bersihkanlah mereka dari kotoran dosa dan sucikanlah mereka dengan sesuci-sucinya. Maka Ummu Salamah berkata,’Wahai Rasulullah, aku juga keluargamu?’ Beliau bersabda,’Engkau terhadapku kebaikkan. H.r. At Thabrani,  al Mu’jamul Kabir, XXIII : 396

Sanad hadis ini dhaif , karena terdapat dua rawi yang diperselisihkan tentang ke-tsiqat-anya. 1. Syahr bin Hausab al ‘Asy’ari. 2. Ismail bin Nasyith al ‘Amiri.[2]

Demikian pula dikatakan bahwa Nabi Saw. pernah mendoakan ahlu bait beliau sambil mengangkat tangan. Tidak ada yang shahih. Sebenarnya ada beberapa riwayat Nabi Saw. mendoakan ahlul bait beliau, tetapi tanpa keterangan menadahkan tangan.
3. Mendoakan Usman Bin Afan
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللهِ  r  فَرَأَى لَحْمًا فَقَالَ مَنْ بَعَثَ بِهَذَا قُلْتُ عُثْمَانَ قَالَتْ فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ  r رَافِعًا يَدَيْهِ يَدْعُو لِعُثْمَانَ – رواه البزار -
Dari Aisyah, ia mengatakan,’Rasulullah Saw. menemui kami, lalu beliau melihat daging dan menanyakan,’Siapa yang telah mengantarkan daging ini? Aku (Aisyah) menjawab,’Usman. Ia berkata,’Saya melihat Rasulullah Saw. mengangkat kedua tanganya mendoakan Usman”. H.r. Al-Bazzar, Majmauz Zawaid, IX : 88.
Imam Al Bukhari meriwayatkan di dalam kitabnya Raf’ul Yadaeni Fis Shalah, dengan lafal:
رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ  r  رَافِعًا يَدَيْهِ حَتَّى بَدَاَ ضَبْعَيْهِ يَدْعُوْ بِهِنَّ لِعُثْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
Saya melihat Rasulullah Saw. mengangkat kedua tangannya mendoakan Usman r.a. sehingga kelihatan ketiaknya. Raful Yadaeni Fis Shalah, hal. 143
Al Haitsami mengatakan,’Hadis yang diriwayatkan oleh Al Bazzar, sanadnya hasan”. Majmauz Zawaid, IX : 85,86. Adapun tentang riwayat Al Bukhari, menurut Badi’uddin Ar Rasyidi,’Rawi-rawinya dinyatakan tsiqat.” Raf’ul Yadaeni Fis Shalah, hal. 143.
Penilaian hasan dari Al Haitsami terhadap hadis di atas ternyata tidak sepenuhnya benar, karena beliau sedikit pun tidak menyinggung keberadaan rawi yang berada pada sanad itu, yakni Ismail bin Abdul malik.

Ismail bin Abdul Malik yang tercantum pada sanad riwayat al Bazar itu, nama lengkapnya adalah Ismail bin Abdul Malik bin Abu Ashufair al Asadi Abu Abdul Malik al Maki. Yahya bin ma’in menilai positif terhadapnya dengan penilaian “laisa bihi ba’sun”, tetapi penilaian negatif pun disampaikan oleh beliau dengan penilaian ”Ia rawi yang tidak kuat”. Hal ini disampaikan oleh Abas Ad-Duwari. Penilaian Ibnu ma’in di atas sama dengan penilaian An-Nasai, yaitu ia rawi yang tidak kuat dalam urusan hadis. Pernyataan Ibnu Hiban sangat gamblang bahwa ia rawi yang suka menukar-nukar riwayatnya sendiri, bahkan di dalam kitab almajruhin ia menegaskan, ditambah buruk hapalan, jelek pemahaman, dan menukar-nukar riwayat-riwayatnya sendiri. Lengkap sudah keterangan-keterangan jarh atau kelemahan rawi yang bernama Ismail ini. Jadi, nyatalah bahwa hadis ini dhaif dan pernyataan hasan dari Al Haitsami tidak dapat diterima.

Adapun hadis riwayat Al Bukhari di dalam kitabnya Raf’ul Yadaini fish Shalah, yang dinyatakan rawi-rawinya tsiqat. Hal inipun tidak sepenuhnya benar, karena beliau pun tidak menyinggung rawi yang bernama Abdul Hamid bin Abdurahman AlHimani Abu Yahya al Kufi. Tentang rawi ini Ibnu Ma’in memberikan dua penilaian, yaitu tsiqat dan dhaif laisa bi syaiin. Tentang dua macam penilaian yang kontradiksi dari Ibnu Ma’in ini tidak dapat diambil kesimpulan karena tidak diketahui mana yang diucapkan lebih dulu oleh beliau. Adapun Ibnu Hiban menyatakan tsiqat berdasarkan penilaian Ibnu Ma’in yang pertama. Selanjutnya Imam Ahmad beserta putranya menyatakan ke-dhaif-annya.
Dalam pada itu Ibnu Hajar al Asqalani memberikan penilaian dengan dasar atau sebabnya. Ia mengatakan,”Abdul Hamid seorang rawi yang jujur tetapi melakukan kesalahan”. Setelah  ta’dil yang hanya dari Ibnu ma’in yang kontradiksi dengan penilaian beliau sendiri yang lainnya. Lalu didukung oleh penilaian Ahmad bin Hanbal dan  putranya, selanjutnya penilaian dari Ibnu Hajar al Asqalani yang menerangkan sebab kedhaifannya, cukup sudah kiranya data yang diperlukan untuk menyimpulkan bahwa hadis ini dhaif.
4. Mendoakan Ali bin Abu Thalib
عَنْ أُمِّ شَرَحِيْلَ عَنْ أُمِّ عَطِيَةَ اَنَّ رَسُولَ اللهِ   r بَعَثَ عَلِيًا فِي سَرِيَةٍ فَرَأَيْتُهُ رَافِعًا يَدَيْهِ وَهُوَ يَقُولُ اَللّهُمَّ لاَ تُمِتْنِي حَتَّى تُرِيَنِي عَلِيًا.رواه الطبراني و الترمذي
Dari Ummu Syarahil, dari Ummu ‘Athiyah, sesungguhnya Rasulullah Saw. mengutus Ali dalam satu pasukan perang, lalu aku melihat beliau mengangkat kedua tangan seraya berdoa,’Ya Allah! Janganlah Engkau mewapatkan aku sebelum Ali diperlihatkan lagi kepadaku”. H.r. At Thabrani, al Mu’jamul Kabir, XXV : 68, al Mu’jamul Ausath, III : 216, At Tirmidzi, Sunan at Tirmidzi, V : 643.

Sanad hadis ini amat dhaif, sebabnya adalah terdapatnya dua rawi yang tidak dikenal sama sekali, yakni Abu Al Jarah al Mahri dan Ummu Syarahil.[3]
5    Mendoakan Usamah bin Zaid
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَبِيهِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ لَمَّا ثَقُلَ رَسُولُ اللهِ   r هَبَطْتُ وَهَبَطَ النَّاسُ مَعِي إِلَى الْمَدِينَةِ فَدَخَلْتُ عَلَى رَسُولِ اللهِ  r وَقَدْ أَصْمَتَ فَلاَ يَتَكَلَّمُ فَجَعَلَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ ثُمَّ يَصُبُّهَا عَلَيَّ أَعْرِفُ أَنَّهُ يَدْعُو لِي. رواه الترمذي والبزار و احمد و أبو القسم البغوي، مسند أسامة و الطبراني و ابن جرير الطبري و أبو عبد الله المقدسي
Dari Muhamad bin Usamah bin Zaid, dari ayahnya Usamah bin Zaid, ia mengatakan,’Ketika kondisi Rasulullah Saw. lemah (karena sakit), aku pergi ke Madinah begitu pula dengan orang-orang pergi bersamaku. lalu aku menjumpai Rasulullah Saw. sungguh beliau telah terdiam tidak berkata sepatah kata pun. Kemudian mulailah beliau mengangkat kedua tangannya  ke langit lantas menumpahkan tangannya itu kepadaku, sungguh aku tahu bahwasanya beliau sedang mendoakan aku. H.r. At Tirmidzi, Sunan at Tirmidzi, V : 653, Al Bazzar, Musnad al Bazzar, VII : 29, Ahmad, Musnad al Imam Ahmad,  V : 201, Fadlailus Shahabah, II : 834, Abul Qasim al Bagawi, Musnad Usamah, I : 45, At Thabrani, al Mu’jamul Kabir, I : 123, Ibnu Jarir At Thabari, Tarikh At Thabari, II : 230, Abu Abdullah al Maqdisi, al Ahaditsil Mukhtarah, IV : 146-147.

Sanad hadis ini dhaif, seluruh jalur periwayatannya melalui seorang rawi bernama Muhamad bin Ishaq bin Yasar yang diperselisihkan tentang ke-tsiqat-annya.[4]

3           Ketika Ber-isti’adzah dari Fitnah Dajal
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ جَائَتْ يَهُودِيَّةٌ فَاسْتَطْعَمَتْ عَلَى بَابِي فَقَالَتْ أَطْعِمُونِي أَعَاذَكُمُ اللَّهُ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَمِنْ فِتْنَةِ عَذَابِ الْقَبْرِ … قَالَتْ عَائِشَةُ فَقَامَ رَسُولُ اللهِ   r فَرَفَعَ يَدَيْهِ مَدًّا يَسْتَعِيذُ بِاللهِ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَمِنْ فِتْنَةِ عَذَابِ الْقَبْرِ …رواه احمد وابن راهويه
Dari Aisyah, ia mengatakan,’Seorang perempuan yahudi datang dan meminta makan di balik pintu rumahku, ia mengatakan,’Semoga Allah memberikan perlindungan kepada kamu dari fitnah Ad Dajal dan dari fitnah kubur… Aisyah mengatakan,’Lalu Rasulullah Saw. berdiri kemudian mengangkat kedua tangan seraya memohon perlindungan kepada Allah dari fitnah dajal dan dari azab kubur…H.r. Ahmad, Musnad al Imam Ahmad, XXXXII : 12 dan Ibnu Rahawaeh, al Musnad, No. 1170. 
Syu’aib Al Arnauth mengatakan, ’Hadis ini sanadnya shahih sesuai dengan syarat periwayatan Al Bukhari dan Muslim. Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Rahawaih, Al Baihaqi, Ibnul Mundzir, dan Al Haitsami. Lihat Ta’liq ‘ala Musnad Al Imam Ahmad, XXXXII:12-14.

3           Mendoakan Al Walid bin Uqbah
عَنْ عَلِيٍّ قَالَ : رَأَيْتُ اِمْرَأَةَ الْوَلِيْدِ جَائَتْ إِلَى النَّبِيِ r تَشْكُو إِلَيْهِ زَوْجَهَا أَنَّهُ يَضْرِبُهَا، فَقَالَ لَهَا: اِذْهَبِي فَقُوْلِي كَيْتَ وَكَيْتَ، فَذَهَبَتْ ثُمَّ رَجَعَتْ فَقَالَتْ: إِنَّهُ عَادَ يَضْرِبُنِيْ، فَقَالَ لَهَا: اِذْهَبِيْ فَقُوْلِي لَهُ: إِنَّ النَّبِيَ   r يَقُوْلُ لَكَ، فَذَهَبَتْ ثُمَّ عَادَتْ فَقَالَتْ: إِنَّهُ يَضْرِبُنِيْ، فَقَالَ: اِذْهَبِيْ فَقُوْلِي لَهُ: كَيْتَ وَكَيْتَ، فَقَالَتْ: إِنَّهُ يَضْرِبُنِي. فَرَفَعَ النَّبِيُ r يَدَهُ وَقَالَ : اَللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالْوَلِيْدِ. رواه البخاري
Dari Ali r.a. ia mengatakatan,’Aku melihat isteri Al Walid datang kepada Nabi Saw. mengadukan tentang suaminya yang memukulnya. Nabi Saw. berkata kepadanya,’Pergilah dan katakanlah olehmu begini dan begitu. Lalu ia pergi tapi kemudian kembali lagi seraya berkata,’Sesungguhnya ia mengulangi memukulku. Nabi Saw. berkata kepadanya,’Pergilah dan katakanlah olehmu sesungguhnya Nabi Saw. mengatakan untukmu, lalu ia pergi kemudian ia kembali lagi seraya berkata,’Sesungguhnya ia memukulku lagi. Nabi Saw. berkata,’Pergilah dan katakan olehmu kepadanya,’Begini dan begitu. Ia mengatakan,’Sesungguhnya ia memukulku lagi. Lalu Nabi Saw. mengangkat kedua tangannya seraya berdoa,’Ya Allah, aku serahkan Al Walid kepada-Mu. H.r. Al Bukhari, Raf’ul Yadaeni Fis Salah, hal. 144.
Hadis di atas diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad, Musnad al Imam Ahmad, II : 431, Abu Abdullah, Amaliyul Mahamili, I : 151, Abu Ya’la, al-Musnad, I : 289, 353, Al Bazzar, al-Musnad, III : 21, dengan sedikit perbedaan redaksi.

Sanad hadis ini dhaif, karena terdapat dua rawi, yakni Abu Maryam At Tsaqafi dan Nuaim bin Hakim al Madain. [5]

BERSAMBUNG......
-----------------------------------------------
[1] Al Mizi mengatakan dalam kitabnya Tahdzibul Kamal, XXIV : 42, ‘Yang Shahih (benar) adalah bahwa di antara keduanya terdapat seseorang yang menjadi perantara periwayatanya (tidaklangsung). Disamping ke-munqathi-an sanad hadis di atas, diperselisihkan pula tentang periwayatan Al Auzai’ pada sanad hadis di atas. Imam An Nasai meriwayatkan dalam kitabnya as Sunanul Kubra, No. hadis 10158 & 10159, dan Amalul Yaumi wal Lailah, No. Hadis 326 & 327, melalui Al Auzai, dari Yahya bin Abu Katsir, dari Muhamad bin Abdurrahman bin Asad bin Zurarah dan Muhamad bin Tsauban secara mursal. Lihat, Ta’liq ’ala Musnad Imam Ahmad, XXIV : 222.

[2] Syahr bin Hausab al ‘Asy’ari Abu Sa’id maula Asma binti Yazid bin as Sakan al Anshari. Yahya bin Ma’in menyatakan,’Syahr bin Husaib seorang rawi yang tsiqat”. Berkata Ahmad bin Abdullah al ‘Ijli,’Ia seorang tabi’in yang tsiqat”. Menurut Al Bukhri,’Hasanul hadis”. Sedangkan menurut Musa bih Harun,’Ia seorang rawi yang dhaif”. An Nasai menyatakan,’Ia seorang rawi yang tidak kuat”.  Dr. ‘Awad Ma’ruf menerangkan bahwa Ibnu Adi mengatakan,’Ia seorang rawi yang tidak kuat dalam urusan hadis dan ia termasuk rawi yang tidak dapat dipakai hujah”. Dalam kesempatan lain beliau menyatakan,’Ia sangat dhaif sekali”. Ad Daraquthni menyatakan,’Ia tidak kuat”. Ibnu Hajm menyatakan,’Saqith”. Dan menurut Ibnu Hajar,’Ia rawi yang shaduq (jujur) tetapi bayak memursalkan hadis serta banyak kesamaran dalam urusan hadis”. Ta’liq ’ala Tahdzibil Kamal, XII : 578-589.
Karena yang men-jarh itu menjelaskan sebabnya, maka periwayatan Syahr bin Hausab al ‘Asy’ari Abu Sa’id tertolak. Adapun tentang Ismail bin Nasyith al ‘Amiri, Abu Zur’ah menyatakan,’Ia seorang rawi yang shaduq”. Abu Hatim mengatakan,’Ia rawi yang tidak kuat, seorang Syaikh yang tidak dikenal”. Ar Razi dan an Nasai mengatakan,’Ia tidak kuat”, al Azdi menyatakan,’Ia rawi yang dhaif”. Dalam Mizanul ‘Itidal Ad Dzahabi menerangkan bahwa menurut Abu Hatim,’Ia rawi yang tidak kuat, Al Azdi men-dhaif-kannya, dan al Bukhari mengatakan pada sanadnya mesti ada penelitian kembali”. Ibnu Adi mengatakan,’Ismail bin Nasyith, ‘Azizul Hadis Jiddan” (Hadis yang ia riwayatkan sangat jarang sekali) dan tidak bisa ditetapkan hukum (shahih atau dhaif) terhadap hadis yang ia riwayatkan serta tidaklah ia meriwayatkan dari hadis selain hanya sedikit saja. Lihat, Al Jarhu wat Ta’dil, II : 201. Ad Du’afau wal Matrukin lin Nasai, I : 17, ad Dua’fau wal Matrukin libnil Jauzi, I : 122, Mizanul ‘Itidal, I : 414, Lisanul Mizan, I : 440, al Kamil Fid Du’afair Rijal, I : 320.


[3] Abu Al Jarah. Ia adalah Abu Al Jarah al Mahri. Ad Dzahabi dalam kitabnya Mizanul ‘Itidal, VII : 349, mengatakan,’Ia tidak dikenal”. Ibnu Hajar menerangkan,’Majhul” Lisanul Mizan, VII : 456, Tahdzibul Kamal, XXXIII : 186. Adapun tentang Ummu Syarahil, Ad Dzahabi mengatakan,’Ia tidak dikenal”. Begitu pula yang dinyatakan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya Lisanul Mizan. Tahdzibut Tahdzib, XXXV : 168.

[4] Meskipun ada yang menyatakan tsiqah, tetapi yang men-jarh-nya lebih banyak dengan jarh yang berat. Di antaranya:  An-Nasai mengatakan,”Ia rawi yang tidak kuat” Ad Daraqutni sendiri menyatakan,”Laa yuhtajju bihi”(tidak dapat dijadikan hujjah). Sulaiman Attaimi menyatakan,”Kadzdzab” (ia seorang pendusta). Ibnu Hisyam menyatakan,”Kadzdzab”. Tahdzibul Kamal, XXIV : 405-429. Mizanul I’tidal, II : 468. Dengan jarah-jarah ini, jelaslah bahwa hadis di atas dhaif

[5] Abu Maryam At Tsaqafi. Ia adalah Qaes Abu Maryam At Tsaqafi Al Madaini. Ada juga yang mengatakan Al Hanafi. An Nasai mengatakan,’Abu Maryam Qaes Al Hanafi, seorang rawi yang tsiqat. Ad Dzahabi dalam kitabnya Al Kasyif, mengatakan,’Tsiqat. Dan Ibnu Hiban memasukan kedalam kitabnya at Tsiqat. Al Mizi dalam kitabnya Tahdzibul Kamal menerangkan bawa Ali bin Al Madini mengatakan,’Abu Maryam Al Hanafi itu namanya Iyas bin Dlubaeh (bukan Qais). Begitu juga yang dikatakan oleh Abu Nasr bin Makul,’Abu Maryam Al Hanafi namanya Iyas bin Dlubaeh sebagai hakim pada masa Umar bin Al Khathab. Berkata Abu Hatim,’Abu Maryam At Tsaqafi Al Madani, namanya Qais. Dan ada juga yang mengatakan,’keduanya (Al At Tsaqafi dan Al Hanafi) itu dua orang (bukan dua nama untuk satu orang). menurut Ibnu Hajar dalam kitabnya at Taqrib,’Abu Maryam At Tsaqafi nama Qaes Al Madaini, majhul. Lihat at Tarikhul Kabir, Al Bukhari, VII : 151, al Mugni Fid Duafa, II : 807, Mizanul Itidal, VII : 426, Lisanul Mizan, VII : 482, Taqribut Tahdzib, I : 672, al Kasyif, II : 459, Tahdzibul Kamal, XXXIV : 282-283. Adapun Nuaim bin Hakim al Madain saudaranya Abdul Malik bin Hakim. Ia seorang rawi yang dinyatakan tsiqah oleh Ibnu Ma’in juga Ad Dzahabi dalam kitabnya al Kayif. Ibnu Hiban memasukannya kedalam kitabnya at Tsiqat tanpa memberi komentar apa-apa. Dr. Awad Ma’ruf menerangkan bahwa Ibnu Hajar mengatakan dalam kitabnya Tahdzibut Tahdzib,’Dan telah menukil As Saji dari Ibnu Ma’in bahwasanya ia mendhaifkannya (mendhaifkan Nuaem bin Hakim). Muhamad bin Sa’ad mengatakan,’Lam yakun bi dzaka’. Menurut An Nasai,’Ia seorang rawi yang tidak kuat”. Ibnu Khirasy menyatakan,’Shaduq la basa bih”. Al Azdi menyatakan,’Hadis-hadisnya diingkari. Dan Ibnu Hajar menyatakan dalam kitabnya at Taqrib,’Ia seorang rawi yang shaduq tetapi terdapat kesamaran dalam periwayatannya. Lihat ad Duafau wal Matrukin libnil Jauzi, III : 164, Mizanul Itidal, VII : 41, Lisanul Mizan, VII : 421, at Taqrib, I : 564, al Kayif, II : 323, Tarikh Bagdad, XIII : 302, Tahdzibul Kamal, XXIX : 464-465.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar