Sabtu, 22 Desember 2012

SALAT ZUHUR KETIKA IED HARI JUMAT oleh Ustad amin saefullah Muchtar



Ketika Nabi mengalami Iedul fitri terjadi hari Jumat, yaitu 1 Syawal 3 H/ 15 Maret 625 H, pagi harinya beliau melaksanakan salat ied dan siang harinya pun melaksanakan salat Jum’at. Hal itu dapat dipahami dari sabda Beliau ketika khutbah Ied:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ قَدِ اجْتَمَعَ فِي يَوْمِكُمْ هَذَا عِيدَانِ فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ مِنَ الْجُمُعَةِ وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ - رواه أبو داود –
Dari Abu Huraerah, dari Rasulullah saw. sesungguhnya beliau bersabda, “Telah berkumpul pada hari ini dua ied, siapa yang merasa cukup dari Jum’at (tidak melaksanakan salat Jum’at), sesungguhnya kami akan melaksanakan salat Jum’at.” H.r. Abu Daud.
Dalam riwayat Ibnu Majah dengan redaksi:
قَدِ اجْتَمَعَ فِي يَوْمِكُمْ هذَا عِيْدَانِ فَمَنْ شَاءَ أَنْ يَأْتِيَ الْجُمُعَةَ فَلْيَأْتِهَا وَمَنْ شَاءَ أَنْ يَتَخَلَّفَ فَلْيَتَخَلَّفْ
“Pada hari ini telah bersatu dua ied, maka siapa yang akan melaksanakan salat Jum’at maka datanglah, dan siapa yang akan meninggalkannya (tidak melaksanakannya), maka tinggalkanlah.” H.r. Ibnu Majah.
Sabda Rasul di atas menjelaskan bahwa bagi laki-laki yang telah melaksanakan Ied diberikan dua pilihan: Boleh (rukhsah) tidak melaksanakan salat Jum’at dan boleh pula melaksanakan solat Jum’at.
Kemudian pada masa kekhalifahan Ibnuz Zubair terjadi pula iedul Fitri pada hari Jum’at, yaitu 1 Syawal 64 H/29 Juni 713 M (Lihat, Fathul Bari,  III:129). Atha menjelaskan:
اجْتَمَعَ يَوْمُ جُمُعَةٍ وَيَوْمُ فِطْرٍ عَلَى عَهْدِ ابْنِ الزُّبَيْرِ فَقَالَ عِيدَانِ اجْتَمَعَا فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ فَجَمَعَهُمَا جَمِيعًا فَصَلَّاهُمَا رَكْعَتَيْنِ بُكْرَةً لَمْ يَزِدْ عَلَيْهِمَا حَتَّى صَلَّى الْعَصْرَ  - رواه أبو داود
“Hari Jum’at dan Iedul Fitri telah berkumpul pada hari yang sama di zaman Ibnu Zubair. Ibnu Zubair berkata, ‘Dua ied berkumpul pada hari yang sama. Lalu ia menjama’ keduanya, yaitu salat dua rakaat (salat ied) pada pagi hari, ia tidak melaksanakan salat apapun (tidak salat zhuhur) sampai ia salat Ashar”. H.r. Abu Daud
Berdasarkan hadis ini, laki-laki yang melaksanakan salat Ied dipandang telah melaksanakan salat Jum’at. Ibnu Zubair tidak salat Jum’at lagi dan tidak pula salat zuhur. Amaliah Ibnu Zubair tidak menyalahi ketentuan syara, tapi justru mengamalkan sabda Rasulullah yang disampaikan pada khutbah ied-nya: Faman Sya-a ajza-ahu minal jumati.
Adapun pendapat yang menyatakan wajib   zuhur bagi yang telah salat ied dan tidak melaksanakan Jum’at, mereka berdasarkan kepada keterangan sebagai berikut.
عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ قَالَ صَلَّى بِنَا ابْنُ الزُّبَيْرِ فِي يَوْمِ عِيدٍ فِي يَوْمِ جُمُعَةٍ أَوَّلَ النَّهَارِ ثُمَّ رُحْنَا إِلَى الْجُمُعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْنَا فَصَلَّيْنَا وُحْدَانًا – رواه أبو داود –
Dari Atha bin Abu Rabah, ia berkata, “Ibnu Zubair salat mengimami kami pada hari ied di hari Jumat pada pagi hari, kemudian kami berangkat untuk Jumat tetapi beliau tidak datang menemui kami, maka kami salat sendiri” H.r. Abu Daud
Kata wuhdanan arti asalnya furada atau munfaridi (sendiri). Disebabkan wuhdanan artinya sendiri, maka berarti mereka melaksanakan salat zuhur di masjid dengan tidak berjama’ah. Salat mereka tidak dapat diartikan salat Jum’at karena salat Jum’at tidak boleh dilaksanakan sendiri-sendiri.
Tanggapan
Merupakan satu hal yang janggal bila para sahabat dan pembesar tabi’in pergi untuk melaksanakan Jum’at, lalu mereka datang ke masjid, ternyata imamnya (Ibnu Zuber) tidak hadir, maka mereka tidak jadi salat Jumat  dan akhirnya melaksanakan salat zuhur bersama tapi tidak berjama’ah alias masing-masing. Benarkah demikian maksud hadis di atas? Kalau kita perhatikan hadis di atas dengan cermat, ternyata hadis di atas dimulai dengan kata-kata Ruhna Ilal jum’ati (kami berangkat untuk Jumat), hal ini tentu saja maksudnya salat jum’at yang biasa diimami oleh amirul mukminin Abdullah bin Zubair. Tetapi ternyata beliau tidak datang sehingga akhirnya mereka melaksanakan salat jum’at dengan mengangkat imam dari kalangan mereka sendiri. Dan itulah arti fashalaina wuhdanan. Hal itu lebih dipertegas oleh pernyataan Atha bin Abu Rabbah.
تَسَقَّطَ الْجُمْعَةُ وَالظُّهْرُ مَعًا فِي ذلِكَ الْيَوْمِ فَلاَ صَلاَةَ بَعْدَ الْعَصْرِ إِلاَّ الْعَصْرَ
“(Kewajiban salat) Jumat dan Dzuhur itu dua-duanya gugur pada hari itu, maka tidak ada salat setelah salat ied selain salat Ashar” Aunul Ma’bud, juz III, hal. 288
Perlu diketahui bahwa Atha bin Abu Rabbah adalah orang yang langsung mengalami kejadian tersebut di atas. Beliau yang menceritakan bahwa Abdullah bin Zubair melaksanakan salat ied, tidak melaksanakan Jum’at juga tidak melaksanakan salat  zuhur.
Kaifiyat berubah?
Ada orang yang berpendapat bahwa bila ied jatuh pada hari Jumat, maka kaifiyat pelaksanaan iednya itu dimulai oleh khutbah kemudian salat. Hal ini sebagaimana diperbuat oleh Ibnu Zubair.
Perlu diketahui bahwa peristiwa iedul fitri pada hari Jum’at (64 H) pada masa kekhilafahan Ibnu Zubair diceritakan oleh dua orang, yaitu
Pertama: Wahab bin Kaisan (W. 127 / 129 H), tabi’in wushtha, tinggal dan wafat di Madinah
وَهْبُ بْنُ كَيْسَانَ قَالَ اجْتَمَعَ عِيدَانِ عَلَى عَهْدِ ابْنِ الزُّبَيْرِ فَأَخَّرَ الْخُرُوجَ حَتَّى تَعَالَى النَّهَارُ ثُمَّ خَرَجَ فَخَطَبَ فَأَطَالَ الْخُطْبَةَ ثُمَّ نَزَلَ فَصَلَّى وَلَمْ يُصَلِّ لِلنَّاسِ يَوْمَئِذٍ الْجُمُعَةَ فَذُكِرَ ذَلِكَ لِابْنِ عَبَّاسٍ فَقَالَ أَصَابَ السُّنَّةَ  - رواه النسائي وابن خزيمة والحاكم -
Dari Wahab bin Kaisan, ia berkata, “Dua ied (Hari Jum’at dan Iedul Fitri) telah berkumpul di zaman Ibnu Zubair, … hingga telah siang, kemudian ia keluar, lalu berkhutbah, dan memanjangkan khutbahnya, kemudian turun, lalu salat. Dan ketika itu, ia tidak salat (Jumat) mengimami orang-orang, lalu diterangkan pada Ibnu Abas, maka Ibnu Abas berkata, ‘Ia sesuai dengan sunah’. H.r. An-Nasai, Ibnu Khuzaimah, dan Al-Hakim.
Keterangan Wahab bin Kaisan menunjukkan bahwa waktu pelaksanaanya siang hari, dimulai oleh khutbah kemudian salat
Kedua: Atha bin Abu Rabbah (w. 114 H) tinggal dan wafat di Marwa
قَالَ عَطَاءٌ اجْتَمَعَ يَوْمُ جُمُعَةٍ وَيَوْمُ فِطْرٍ عَلَى عَهْدِ ابْنِ الزُّبَيْرِ فَقَالَ عِيدَانِ اجْتَمَعَا فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ فَجَمَعَهُمَا جَمِيعًا فَصَلَّاهُمَا رَكْعَتَيْنِ بُكْرَةً لَمْ يَزِدْ عَلَيْهِمَا حَتَّى صَلَّى الْعَصْرَ  - رواه أبو داود و عبد الرزاق
Atha berkata, “Hari Jum’at dan Iedul Fitri telah berkumpul pada hari yang sama di zaman Ibnu Zubair. Ibnu Zubair berkata, ‘Dua ied berkumpul pada hari yang sama. Lalu ia menjama’ keduanya, yaitu salat dua rakaat (salat ied) pada pagi hari, ia tidak melaksanakan salat apapun (tidak salat zhuhur) sampai ia salat Ashar.” H.r. Abu Daud dan Abdur Razaq.
عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي رَبَاحٍ قَالَ صَلَّى بِنَا ابْنُ الزُّبَيْرِ فِي يَوْمِ عِيدٍ فِي يَوْمِ جُمُعَةٍ أَوَّلَ النَّهَارِ ثُمَّ رُحْنَا إِلَى الْجُمُعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْنَا فَصَلَّيْنَا وُحْدَانًا – رواه أبو داود –
Dari Atha bin Abu Rabah, ia berkata, “Ibnu Zubair salat mengimami kami pada hari ied di hari Jumat pada pagi hari, kemudian kami berangkat untuk Jumat tetapi beliau tidak datang menemui kami, maka kami salat sendiri” H.r. Abu Daud
Keterangan Atha berbeda dengan Wahab bin Kaisan. Menurut Atha bahwa waktu pelaksanaanya pagi hari,  dimulai oleh salat, kemudian khutbah
وفي رواية للبخاري : قَالَ وَأَخْبَرَنِي عَطَاءٌ أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ أَرْسَلَ إِلَى ابْنِ الزُّبَيْرِ فِي أَوَّلِ مَا بُويِعَ لَهُ إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ يُؤَذَّنُ بِالصَّلَاةِ يَوْمَ الْفِطْرِ إِنَّمَا الْخُطْبَةُ بَعْدَ الصَّلَاةِ
Dan pada riwayat Al-Bukhari disebutkan: “Ia berkata, ‘Dan Atha telah menghabarkan kepadaku bahwa Ibnu Abas telah mengirim (surat) kepada Ibnu Zubair pada awal kekhalifahannya, yaitu tidak ada adzan untuk salat pada hari Iedul Fitri, khutbah itu hanya dilaksanakan setelah salat.
Memperhatikan kaifiyat pelaksanaan ied Rasulullah saw. dan para khulaur rasyidin, sebagaimana diterangkan pada beberapa riwayat berikut ini:
  1. Kaifiyat Rasul
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ اجْتَمَعَ   عِيْدَانِ  عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ الله  صلى الله عليه وسلم  يَوْمُ فِطْرٍ وَجُمْعَةٍ فَصَلَّى بِهِمْ رَسُوْلُ اللهُ  صلى الله عليه وسلم  الْعِيْدَ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْهِمْ بِوَجْهِهِ فَقَالَ …  - رواه الطبراني في الكبير و ابن أبي شيبة و عبد الرزاق و ابن خزيمة و والحاكم وابن الجارود -

Dari Ibnu Umar, ia berkata, “Dua ied berkumpul pada masa Rasulullah saw. yaitu Iedul fitri dan Jumat, maka beliau salat Ied mengimami mereka, kemudian beliau mengahadap mereka, lalu berkhutbah…” H.r. At-Thabrani, Ibnu Abu Syaibah, Abdur Razaq, Ibnu Khuzaimah, Al-Hakim, dan Ibnul Jarud
2. Kaifiyat Umar, Usman, dan Ali
عَنِ الزُّهْرِيِّ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو عُبَيْدٍ مَوْلَى ابْنِ أَزْهَرَ أَنَّهُ شَهِدَ الْعِيدَ يَوْمَ الْأَضْحَى مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَصَلَّى قَبْلَ الْخُطْبَةِ … قَالَ أَبُو عُبَيْدٍ ثُمَّ شَهِدْتُ الْعِيدَ مَعَ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ فَكَانَ ذَلِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَصَلَّى قَبْلَ الْخُطْبَةِ … قَالَ أَبُو عُبَيْدٍ ثُمَّ شَهِدْتُهُ مَعَ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ فَصَلَّى قَبْلَ الْخُطْبَةِ …
Dari Az-Zuhri, ia berkata, “Abu Ubaid maula Ibnu Azhar telah menceritakan kepada kami bahwa ia pernah mengalami iedul adha bersama Umar bin Al-Khathab, maka ia salat sebelum khutbah … Abu Ubaid berkata, ‘Kemudian aku mengalami ied bersama Usman bin Afan, yaitu pada hari Jumat, maka ia salat sebelum khutbah…Abu Ubaid berkata, ‘Aku mengalaminya pula bersama Ali bin Abu Thalib, maka ia salat sebelum khutbah…” H.r. Al-Bukhari dan Ibnu Hiban
maka kaifiyat Ibnu Zubair yang diterangkan oleh Atha sesuai dengan sunnah Rasul, dan sahabat lainnya. Sedangkan keterangan Wahab bin Kaisan tentang kaifiyat ied Ibnu Zubair mukhalafah (menyalahi sunah)
Kesimpulan
Kaifiyat pelaksanaan ied pada hari Jumat sebagaimana biasa, yaitu dimulai oleh salat kemudian khutbah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar