Sabtu, 22 Desember 2012

MENGGAPAI LAILATUL QADAR oleh Ustad Amin Saefullah Muchtar


Sebagaimana yang kita yakini bahwa bulan Ramadhan memiliki sekian banyak keistimewaan, salah satunya adalah lailatul qadar, suatu malam yang dinilai oleh Alquran sebagai "malam yang lebih baik dari seribu bulan". Ada apa dengan malam itu sehingga dinilai demikian tinggi oleh Al-quran? Sebelum menelaah lebih jauh tentang masalah itu, ada baiknya apabila kita kaji terlebih dahulu kriteria dari malam tersebut.
Pengertian Lailatul qadar
Secara bahasa Lailatul Qadar berarti "Malam Yang Agung", malam yang besar nilainya. Sedangkan secara istilah Lailatul Qadar adalah nama bagi dua malam:
Pertama: malam diturunkannya Alquran untuk pertama kali secara sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul Izzah  di langit dunia pada bulan Ramadhan, tanggalnya tidak ada yang tahu secara pasti. Lailatul Qadar inilah yang dimaksud oleh ayat-ayat sebagai berikut:
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِيلَيْلَةِ الْقَدْرِ # وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَـيْلَةُ القَدْرِ # لَـيْلَةُالقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْـفِ شَـهْرٍ # تَنَـزَّلُ المَلآئِكَةُ وَالرُّوحُفِـيهَا بِـإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ # سَلاَمٌ هِيَ حَـتَّى مَطْلَـعِاْلـفَجْرِ
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan, 2. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?, 3. malam kemuliaan itu lebih baik dari seribubulan, 4. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan, 5. malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar. [1]
شَهْرُرَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ اْلقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَالْهُدَى وَاْلفُرْقَانِ
Bulan Ramadan yang diturunkan padanya Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia,keterangan-keterangan petunjuk itu, dan pemisah antara yang haq dan yang batal.[2]
إِنَّاأَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada malam yang diberkahi.[3]
Sehubungan dengan ini Ibnu Abbas pernah ditanya oleh Athiyyah bin al-Aswad:
أَوَقَعَفِي قَلْبِي الشَّكُ قَوْلُهُ تَعَالَى - شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَفِيْهِ اْلقُرْآنُ- وَقَوْلُهُ : إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ القَدْرِوَهذَا أُنْزِلَ فِي شَوَّالٍِ وَذِي القَعْدَةِ وَذِي الحِجَّةِ وَفِيالمُحَرَّمِ وَالصَّفَرِ وَشَهْرِ رَبِيْعٍ، فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: إِنَّهُأُنْزِلَ فِي رَمَضَانَ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ جُمْلَةً وَاحِدَةً ثُمَّ أُنْزِلَعَلَى مَوَاقِعِ النُّجُومِ رَسَلاً فِي الشُّهُورِ وَالأَيَّامِ.
Aku ragu-ragu tentang firman Allah swt.-Syahru Ramadan alladzi unzila fihi al-Quran- dan Firman Allah-Inna anzalnahu fi lailatil qadr- turunnya itu pada bulan Syawal, Dzul qa'dah,Dzul hijjah, Muharam, Shafar, dan Rabi' ?" Ibnu Abas menjawab, "Bahwa (al-Quran) itu diturunkan pada bulan Ramadhan pada malam lailatul qadr secara sekaligus,kemudian diturunkan lagi atas kejadian-kejadian bintang-bintang secara berangsur pada bulan-bulan dan hari-harinya.[4]
Perlu diterangkan di sini bahwa proses penurunan Alquran terjadi sebanyak tiga kali: Pertama, Alquran diturunkan dari Allah ke Lauhul Mahfudz, lalu dari Lauhul Mahfudz ke samaad-dunya (langit dunia) secara sekaligus, dan terakhir dari samaad-dunya ke dunia ini dengan cara berangsur selama masa kenabian + 23 tahun, 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah.
Lailatul qadar dalam pengertian pertama hanya terjadi satu kali, tidak akan terjadi setiap bulan Ramadhan,  karena Alquran telah sempurna dan tidak adalagi wahyu setelah Nabi Muhamad meninggal.
Kedua: salah satu malam yang terjadi pada setiap bulan Ramadhan. Dalam konteks inilah Rasulullah menganjurkan umatnya untuk mempersiapkan diri menyambut malam yang mulia itu. Memang Rasul tidak menerangkan secara pasti tanggal berapa, hanya ada anjuran agar lebih diperhatikan malam setelah tanggal 20 Ramadhan (lihat, keterangan detailnya di bawah)
Allah sengaja tidak memberitahukan kepada Nabi secara pasti tanggal berapa lailtul qadar itu terjadi, dalam hal ini terkandung nilai tarbiyyah (pendidikan) yang amat mulia,yakni agar tiap malam kaum muslimin mengisi malamnya dengan ibadah dan du'a,terutama pada malam-malam ganjil setelah berlalu 20 Ramadhan. Hal itu tampak jelas dari sikap Rasululah saw. pada sepuluh hari terakhir setiap bulan Ramadan,  dengan mengajak keluarganya untuk bangun melaksanakan shalat yang lebih giat dari malam-malam sebelumnya.
Dengan demikian, keagungan lailatul qadar dan kebesaran nilainya tidak ada artinya bagi kaum muslimin bila pada malam itu tidur atau bangun tapi tidak melakukan amal ibadah, sebab pada malam itu Allahmemberikan kesempatan bagi kaum muslimin untuk bangun melakukan ibadah. Karena itu, keagungan lailatul qadar akan menemui orang-orang yang mempersiapkan diri dan menyucikan jiwa dalam menyambutnya. Hal itu tak ubahnya tamu agung yang berkunjung ke satu tempat, ia tidak akan datang menemui setia porang di lokasi itu, walaupun setiap orang di tempat itu mendambakannya.Demikian juga halnya dengan lailatul qadar.
Apabila jiwa telah siap, kesadaran telah mulai bersemi, dan lailatul qadar datang menemuinya, maka malam kehadirannya menjadi saat menentukan bagi perjalanan sejarah hidupnya di masa-masa mendatang. Saat itu, bagi yang bersangkutan adalah titik tolak guna meraih kemuliaan dan kejayaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Dan sejak saat itu malaikat akan turun guna menyertai dan membimbingnya  menuju kebaikan sampai terbitnya fajar kehidupannya yang baru kelak di kemudian hari.
Inilah inti dari keagungan lailatul qadar yang akan terjadi setiap bulan Ramadhan. Mudah-mudahan Allah swt senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita, sehingga kita menjadi salah seorang yang layak ditemui oleh Tamu Agung Tersebut.

Kapan Lailatul Qadar 2 itu terjadi?
Di dalam hadis-hadis diterangkan bahwaNabi saw. bersabda:
إِلْتَمِسُوهَا فِي العَشْرِالأَوَاخِرِ.
"Maka carilah oleh kalian pada sepuluh (malam) terakhir"H.r. Muslim dan Abu Daud.[5]
Maksudnya: cari dari tanggal 21 sampai 29/30 Ramadhan. Hadis ini tidak menginformasikan ketentuan harinya, bisa jadi 21, 22, 23, dan seterusnya.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَاأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَحَرَّوْالَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ –البخاري –
Dari Aisyah bahwasannya Nabi saw. bersabda, "Carilah lailatul qadar itu pada malam-malam ganjil dari10 terakhir bulan Ramadhan". H.r. al-Bukhari
Pada hadis ini terdapat qayyid (pembatas), yaitu malam-malam ganjil. Maksudnya, carilah pada tanggal 21, 23, 25, 27, atau 29.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَاعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَحَرَّوْا لَيْلَةَالْقَدْرِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ – مسلم –
Dari Ibnu Umar, dari Nabi saw. beliau bersabda, "Carilah lailatul qadar itu pada 7 terakhir (bulanRamadhan). H.r. Muslim
Maksudnya:kalau ramadhan 30 hari, carilah dari tanggal 24 hingga 30 = 7 hari. Kalau 29,cari dari 23 hingga 29 = 7 hari
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُعَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْتَمِسُوهَافِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي تَاسِعَةٍتَبْقَى فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى – البخاري –
Dari Ibnu Abas bahwa Nabi saw. bersabda, "Carilah dia (lailatul qadar) pada 10 terakhir bulan Ramadhan. Lailatul qadar itu tetap (ada) pada ke 9, malam ke 7, malam ke 5. H.r. al-Bukhari
Yang dimaksud dengan ungkapan yang ke-9 dari 10 akhir itu adalah malam ke-21. Maksud yang ke-7 dari10 akhir adalah malam ke-23.Maksud yang ke-5 dari 10 akhir adalah malam ke-25.Dengan demikian, maksud hadis itu adalah: "Carilah pada tanggal 21, 23, 25". Keterangan ini tidak bertentangan dengan petunjuk umum, karena tidak membatasi hanya pada tanggal-tanggal tersebut saja yang harus dicari itu.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُاللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَافَلْيَتَحَرَّهَا لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَقَالَ تَحَرَّوْهَا لَيْلَةَسَبْعٍ وَعِشْرِينَ يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ – أحمد –
Dari Ibnu Umar, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda,"Barangsiapa mencarinya, maka carilah ia (lailatul qadar) pada malam ke-27,dan beliau bersabda, "Carilah ia pada malam ke-27,yakni lailatul qadar". H.r. Ahmad
Hadis ini tidak membatasi bahwa terjadinya lailatul qadar itu hanya pada tanggal 27 saja, namun keterangan ini termasuk salah satu afrad (satuan) dari petunjuk umum.

Mengapa Nabi tidak Menjelaskan Secara detail?
عَنْ عُبَادَةَ بْنِالصَّامِتِ (رضه) قَالَ : خَرَجَ نَبِـيُّ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ فَقَالَ : خَرَجْتُ ِلأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ القَدْرِ، فَتَلاَحَىرَجُلاَنِ مِنَ اْلمُسْـلِمِينَ فَتَلاَحَى فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ فَرُفِعَتْ،وَعَسَىأَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ فَالتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِوَالخَامِسَةِ. - رواه البخاري -
Dari Ubadah bin Shamit ra, ia mengatakan, "Nabi Allah saw. keluar untuk memberi tahu kami tentang lailatul Qadar, namun dua orang dari muslimin bertengkar. Beliau bersabda,'Saya keluar untuk memberi tahu kalian tentang lailatul qadr, tetapi si fulan dan si fulan bertengkar. Maka diangkatlah dariku, tetapi mudah-mudahan jadi lebih baik bagi kamu. Maka carilah pada malam kesembilan, ketujuh dan kelima". H.r. al-Bukhari.[6]
Lailatul qadr yangdimaksud tidak sempat dijelaskan dengan lebih terperinci oleh Rasulullah saw.sehinggga hal itu senantiasa dipertanyakan. Tetapi yang jelas mengenai fadhilah dan keutamaannya tergambar pada sikap beliau ketika menghadapi sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, yang padanya akan terdapat lailatul qadr. Maka dapat disimpulkan bahwa Rasululah saw. sendiri tidak diberi tahu kapan tepatnya terjadi lailatul qadr.
Informasi tentang lailatul qadr diangkat kembali dengan sebab perkelahian antara dua orang laki-laki dihadapan Rasululah saw. Hal ini menunjukkan bahwa lailatul qadr tidak layak hadir di antara orang yang sedang berbuat maksiat.Sehubungan dengan itu, Al-Bukhari menetapkan di dalam kitab shahihnya,"Bab diangkatnya lailatul qadr disebabkan pertengkaran manusia"
Dengan demikian kita dapat mengambil pelajaran bahwa dengan tidak dijelaskannya kepastian waktu terjadi lailatul qadr, Rasulullah saw.berharap bahwa hal itu akan lebih baik untuk kita. Karena itu,marilah kita perhatikan lagi sabda Rasulullah saw.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ (رضه)أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الصِّـيَامُ جُنَّةٌفَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِماً فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْـهَلْ فَإِنِ امْرُؤٌقَـاتَلَهُ أَوْشَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَتَيْنِ. وَالَّذِينَـفْسُ مُحَمَّدٍ بِـيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِمِنْ رِيحِ اْلمِسْكِ، يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي،اَلصِّياَمُ لىِ وَأَناَ أَجْزِيْ بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا.-رواه البخارى -
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw.bersabda, "Saum itu adalah perisai. Bila seseorang sedang saum, maka jangan rafats (kotor dalam kata-kata) dan jangan yajhal (bersikap bodoh), bila ada seseorang yang mau berkelahi atau memarahinya, maka hendaklah ia katakan 'Sesungguhnya 'Saya sedang shaum' dua kali. Dan demi yang diri Muhammad pada tangan kekuasaan-Nya, pastilah mulut yang saum itu lebih wangi menurut pandangan Allah daripada minyak misk (kasturi), karena ia meninggalkan makanan,minuman, dan syahwatnya karena-Ku. Saum itu untuk-Ku dan Akulah yang memberi pahalanya, dan kebaikan itu (dipahalai) dengan sepuluh kali lipat. H.r. al-Bukhari.[7]
Sikap Rasululah saw. dalam mencari dan mendapatkan lailatul qadr pada sepuluh  hari terakhir setiap bulan Ramadan,  lebihtampak lagi dengan ajakan beliau kepada keluarganya untuk bangun melaksanakan ibadah yang lebih giat dari malam-malam sebelumnya.
عَنْ عَائِشَةَأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَادَخَلَ العَشْرُ َشَدَّ مِئْزَرَهُ وأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ  - متفق عليه
Dari Aisyah, bahwasanya Rasulullah saw. apabila memasuki sepuluh terakhir Ramadan,beliau tidak tidur dan membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya. Muttafaq Alaih.[8]

Tanda-tanda alam Terjadinya Lailatulqadar
إِنَّعَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُا مَنْ قَامَ السَّنَةَ أَصَابَ لَيْلَةَالْقَدْرِ فَقَالَ أُبَيٌّ وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِنَّهَالَفِي رَمَضَانَ يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِي وَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّلَيْلَةٍ هِيَ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّىاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍوَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَابَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا  -رواه مسلم –
Bahwa Ibnu Masud berkata, "Barangsiapa yang beribadah pada tahun ini, ia akan mendapatkan lailatul qadar. Ubay berkata,'Demi Allah yang tidak ada tuhan melainkan Dia, bahwa lailatul qadar itu terjadi pada bulan Ramadhan, ia bersumpah dengan sesuatu yang ia sanjung, dan demi Allah sesungguhnya aku tahu malam apakah dia itu? Dia adalah malam yang kita diperintahkan oleh Rasulullah untuk beribadah padanya, yaitu malam ke-27 yang cerah, dan tandanya adalah matahari terbit pada kecerahan harinya, putih  tiada bayangan. H.r. Muslim
عَنْعُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ قَالَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْبَوَاقِي مَنْ قَامَهُنَّابْتِغَاءَ حِسْبَتِهِنَّ فَإِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَغْفِرُ لَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ وَهِيَ لَيْلَةُ وِتْرٍ تِسْعٍ أَوْسَبْعٍ أَوْ خَامِسَةٍ أَوْ ثَالِثَةٍ أَوْ آخِرِ لَيْلَةٍ وَقَالَ رَسُولُاللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِأَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيهَا قَمَرًا سَاطِعًا سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌلَا بَرْدَ فِيهَا وَلَا حَرَّ وَلَا يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيهَاحَتَّى تُصْبِحَ وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيحَتَهَا تَخْرُجُمُسْتَوِيَةً لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَلَايَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ – رواه أحمد -
Dari Ubadah bin Shamit, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Lailatul qadar itu terjadi pada10 terakhir (Ramadhan). Barang siapa beribadah pada malam-malam itu karena mengharap pahalanya, maka sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa yang telahlalu dan dosa terkemudian. Ia adalah malam ganjil (yaitu) malam ke-9 (maksudnya ke-21), 7 (maksudnya ke-23), 5 (maksudnya ke-25), 3 (maksudnya ke-27) atau malam terakhir(bulan Ramadhan, maksudnya ke-29). Dan Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya tanda lailatul qadaradalah langit bersih, terang bagaikan bulan sedang purnama, tidak dingin, dan tidak pula panas, tidak layak bagi bintang dijatuhkan pada malam itu hingga masuk waktu shubuh,dan tandanya (pula) bahwa matahari cerah keluar secara seimbang, tiada bayangan seperti malam bulan purnama, dan tidak layak setan keluar bersamanya ketikaitu. H.r. Ahmad
Tanda kehadiran Lailatul qadar adalah keesokan harinya matahari terlihat putih tanpa sinar pada pagi hari.

Salat Lailatul Qadar
Sebagian kalangan meyakini bahwa pada malam Lailatul Qadr disyariatkan salat dengan tatacara sebagai berikut: Jumlah raka'atnya dua raka'at. Setiap raka'at setelah Al-Fatihah membaca al Ikhlas 7 X. Sedangkan berdasarkan perkataan Abu Laits :
Salat Lailatul Qadar itu paling sedikit dua raka'at dan paling banyak 1000 raka'at. Adapun pertengahannya 100 raka'at. Pada setiap raka'at setelah Al-Fatihah, membaca alZalzalah 1 X dan al Ikhlas 3 X. Setelah salam bersalawat atas Nabi saw. 1000 X.
Namun sangatdisayangkan ibadah ini tidak memiliki landasan hukum yang jelas. Karena itu, IbnuTaimiyyah ketika ditanya tentang shalat lailatul Qadar, beliau menjawab, "Salat ini tidak ada seorang pun di antara imam kaum muslimin yang mensunatkannya,bahkan termasuk bid'ah yang tercela. Alangkah pantasnya untuk ditinggalkan dan dilarang mengerjakannya" [9]
[1] Q.s. Al-Qadr:1-5
[2] Q.s. Al-Baqarah:185
[3] Q.s. Ad-Dukhan:3
[4] H.r. al-Baihaqi dan al-Mardawaih, Lihat, al-Itqan fi Ulum al-Quran, ha. 118.
[5] Lihat, Shahih Muslim, I:523, No.1165,  Sunan Abu Daud, I : 324
[6] Lihat, Fath al-Bari,IV:337, No. 2023. Dan masih ada beberap riwayatal-Bukhari yang menerangkan dihilangkannya rincian keterangan tentang lailatulqadr dari ingatan Nabi saw. antara lain dengan kata-kata sudahdiperlihatkan kepadaku kemudian aku dilupakannya, No. 2018.
[7] Lihat, Fath Al-Bari, IV : 130
[8] Lihat, al-Fath al-Rabani, X :263. No. 318. Fath al-Bari, IV : 338. No. 2024. Shahih Muslim, I : 528.No. 1176
[9] Lihat, as-Sunanwa al-Mubtada'at:108

Tidak ada komentar:

Posting Komentar